Rabu, 30 April 2014

novelku ( Forest1 )



Embun berkumpul  dan bersiap-siap untuk  jatuh meninggalkan daun yang tak mampu menahannya untuk tidak pergi. Udara pagi di lodge terasa lembab dengan kegelapan yang masih tetap bertahan, tak mau kalah oleh perintah sang waktu untuk berlalu berkat dukungan sang  kabut yang menutupi matahari. Giynn fogg duduk sendiri di teras belakang kamarnya menghadap kearah hutan. Kedua tangannya memegang secangkir penuh kopi panas. Uapnya mengepul menyatu dengan nafasnya menipis lalu menghilang. Matanya menatap kosong kearah kanopi-kanopi hutan yang tertiup angin dingin pagi itu. Selembar selimut tebal takcukup menghangatkan hatinya.
 Semalam Linus, pria yang telah mengisi hatinya selama hampir tiga tahun ini mengajaknya berjalan-jalan berdua. Setelah yakin dengan penampilannya giynn keluar kamar. Jantungnya berdebar memandang pujaan hatinya menunggunya ditaman didepan kamarnya. Dengan wajah pucat dan gerakan kaku yang diusahakan untuk terlihat wajar dia menemui Linus dan berjalan berdua sepanjang aliran sungai diseberang jalan. Tak ada kata yang keluar dari mulut Linus membuat harapan giynn semakin tinggi dan ujung-ujung jari tangannya semakin mendingin. “Aku menyukai Grace, bagaimana menurutmu?”.
Giynn menghela nafas panjang, meletakkan cangkirnya dimeja dan berdiri berjalan menuju hutan – mungkin berjalan-jalan dapat menenangkan fikiran.
 Angin berdesir bergesekan dengan dedaunan seolah membisikkan seruan-seruan memanggil masuk kedalam teritorinya. Gynn dengan tenang melangkah memasuki lantai hutan. Dalam. Semakin dalam.  Hutan semakin ramai dengan desiran angin didedaunan. Suara air dikejauhan dan seruan-seruan penghuni hutan menimbulkan harmoni keheningan ditengah keriuhan yang mistis. Ya, mistis. Seolah tersihir gynn merindukan keheningan ini. Dia merindukan suasana ini. Hutan ini dan...., sesuatu??.
Sial Gynn. Jangan konyol ini pertamakalinya kau berkujung kesini bukan?? Setelah kematian Nenek tentunya. Gynn menghela  nafas. Bahkan sebelum kematian Nenek kau tidak pernah dibiarkan mendekati hutan ini. Peraturan khusus untukmu.

*****
Matanya membesar menunjukkan keterkejutannya. Sedetik kemudian udara berputar, menyentuh dan mempermainkan kanopi-kanopi dedaunan pada pepohonan dihutan itu. Memecah kesunyian, mengikat aroma makhluk indah itu dan  melepasnya melaluinya.
                Rambutnya hitam segelap malam dan bergelombang tenang jatuh hingga pinggangnya. Angin menyibak rambut depannya memperlihatkan matanya nyang masih terbelalak dengan pupil berwarna hijau gelap terbingkai warna putih, seperti daun musim semi yang jatuh pada bayangan  bulan dalam kolam hutan itu. Tepat disamping sosok wanita yang kemanusiaannya masih dipertanyakan itu.
                Sesaat ingin rasanya Arkha menariknya, menyentuh kulitnya yang pucat transparan dan memperhatikan setiap keping darah yang mengaliri tubuhnya dibawah sinar bulan malam itu. Namun dia tak mampu. Tidak untuk saat ini. Wanita itu berhenti bergerak, mematung.